Gairah wisata Sumatera Utara diprediksi akan terus meningkat. Berdasarkan data BPS, tingkat
kunjungan wisatawan di provinsi Sumatera Utara, tahun 2021, sebanyak 16.857.305 pengunjung,
tahun 2022, sebanyak 21.892.296 pengunjung, dan tahun 2023, sebanyak 22.924.629 pengunjung.
Kondisi ini tentu menjadi angin segar. Situasi baik ini tidak terjadi di Kabupaten Karo. Kabupaten
Karo yang memiliki keindahan alam dan udara khas pegunungan yang sejuk serta memiliki
berbagai macam destinasi wisata, tingkat kunjungan wisatawan tidak pernah mencapai target.
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga serta Pariwisata Kabupaten Karo,
jumlah wisatawan pada tahun 2022, sebanyak 500.656 orang dari target 718.500 orang, tahun 2023
sebanyak 780.322 dari target 1.003.500 orang. Sektor pariwisata yang diandalkan untuk menunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum mampu memberikan kontribusi secara signifikan. Harus
dicari letak permasalahannya. Sangat disayangkan potensi yang begitu luar biasa, tetapi tidak
memberikan hasil yang maksimal.
Salah satu objek wisata di kabupaten Karo yang saat ini sedang ramai diperbincangkan yaitu
objek wisata Siosar. Objek wisata Siosar yang dahulu ramai dikunjungi, dikabarkan ditinggalkan
wisatawan. Wisatawan tidak lagi menjadikan Siosar sebagai destinasi wisata yang harus dikunjungi.
Tak hanya media cetak maupun elektronik, forum-forum yang berisi pemikir/cendikiawan, dan
pemerhati karo, ramai mendiskusikan nasib Siosar. Penulis sendiri menjuluki Siosar negeri diatas
awan karena posisinya yang seolah sangat dekat dengan awan, memiliki pesona luar biasa. Banyak
spot menarik di siosar, yang tak dijumpai di tempat lain. Tak sedikit investasi yang tertanam di
Siosar. Banyak investor yang berinvestasi di Siosar. Sangat disayangkan jika kedepan Siosar terus
dibiarkan terbengkalai. Bayangkan berapa kerugian. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya di
Siosar, juga akan kehilangan mata pencarian.
Berdasarkan penelusuran penulis, beberapa yang diduga penyebab kondisi Siosar menjadi
menyedihkan. Pungli atau pungutan liar salah satu penyebab. Pungli berlapis-lapis, atau dapat
terjadi beberapa kali di tempat yang sama, oleh orang yang berbeda, dengan jarak yang tidak begitu
jauh. Tidak adanya standarisasi harga juga menjadi biang kerok. Pengunjung mengeluhkan
mahalnya harga di Siosar. Untuk pisang goreng dan kopi dibanderol dengan harga tinggi. Setiap
spot berbayar. Kurangnya perawatan fasilitas juga menjadi faktor. Estetika masyarakat serta
sumber daya manusia yang mengelola siosar juga ditengarai penyebab. Keramahan yang diharapkan
masih langka ditemui. Menurut pemikiran penulis, banyak lagi penyebab. Sangat miris. Sistem
kekerabatan suku karo yang identik dengan keramahan, kebaikan, hormat, seolah hilang.
Jika tidak sesegera mungkin diantisipasi dan dilakukan langkah strategis pemulihan, Siosar
akan mati. Pemerintahan Kabupaten Karo harus serius. Mengingat tidak sedikit kerugian yang akan
dialami. Bupati sebagai pemimpin tertinggi jangan hanya duduk manis dan mempercayakan
penyelesaian permasalahan kepada bawahan. Kualitas pemikiran Bupati diuji agar Siosar kembali
bangkit. Kabupaten Karo jangan kalah dengan daerah lain yang mumpuni mengelola aset
daerahnya. Sektor pariwisata sangat potensial menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jangan
sampai tidak dikelola dengan baik. Ingat, Kabupaten Karo dengan anugerah Tuhan yang luar biasa
yang dimilikinya akan ditinggalkan jika pembenahan serta perbaikan tidak dilakukan. Siosar hanya
salah satu objek wisata dari banyak destinasi wisata yang ada. Jangan-jangan hal serupa juga terjadi
di objek wisata lain tersebut, tetapi belum terekspose.
Langkah Strategis
Jangan sampai Siosar atau objek wisata manapun yang ada di kabupaten Karo ditinggalkan
oleh para wisatawan dan menjadi destination of yesterday. Saatnya membenahi yang kurang baik,
memerbaiki sistem dan pola pengelolaan. Seluruh pemangku kepentingan harus berkomitmen
untuk menjaga, melestarikan, berbenah, dan memerbaiki pengelolaan atau manajemen destinasi
wisata yang ada. Menurut pemikiran penulis, beberapa langkah strategis untuk melakukan
perbaikan, seperti: 1) Pembenahan Destinasi Objek Wisata. Banyak destinasi wisata yang kurang
diperhatikan. Infrastruktur tidak dirawat. Sarana dan pra sarana tidak diperhatikan. Membuat
pengunjung tidak nyaman. Kedepan harus ada perubahan. Anggaran harus dialokasikan untuk
membenahi. Jangan anggaran mengendap karena tidak tahu cara menggunakannya; 2) Peningkatan
Kualitas dan Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). Pelayanan yang baik keharusan dalam
sektor pariwisata. Untuk memberikan jaminan pelayanan yang memuaskan kepada wisatawan
diperlukan penyediaan sumber daya manusia yang kompeten, berkualitas, dan profesional. Perlu
peningkatan kemampuan dan wawasan. Tidak hanya bagi Dinas Pariwisata Karo, tetapi juga bagi
masyarakat dan pelaku usaha yang ada di kawasan wisata. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu
melalui sosialisasi, workshop, bimbingan teknis, bahkan studi banding. Studi banding jangan
pejabat saja, mereka yang terkait langsung juga perlu diikutsertakan; 3) Strategi Pemasaran. Kita
melihat destinasi objek wisata di daerah lain menggunakan strategi marketing yang mumpuni untuk
mengenalkan objek wisata. Dengan membangun website, melalui platform media sosial, dan media
lainnya. Sistem seperti ini dapat diadopsi. Staf IT dan tim programer harus di fungsikan; 4)
Penyeragaman Financial Cost. Harus ada penyeragaman biaya. Setiap pihak harus mengikuti
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Karo; 5) Bangun Destinasi Wisata Baru.
Destinasi wisata di kabupaten karo, hanya itu-itu saja. Ada beberapa yang bertambah, tetapi tidak
dikelola secara serius. Kedepan harus dilakukan pengembangan. Misalnya Desa Wisata, wisata
rohani, wisata olah raga, wisata pertanian, wisata kuliner, dan lainnya.
Guna mencapai dan mewujudkan langkah strategis ini tentu tidak cukup hanya Kepala Dinas
Pariwisata. Bupati, Wakil Bupati, bahkan aparat keamanan harus dilibatkan. Bupati harus
memperlihatkankan keseriusannya. Harus turun langsung ke lokasi. Demikian halnya dengan Wakil
bupati. Sangat minim informasi terkait kinerja wakil bupati kabupaten karo. Kita tidak tahu, apakah
karena kurang di ekspose yang dilakukan, atau memang tidak ada yang dapat diekspose. Kedepan
kita harapkan Bupati dan Wakil Bupati Karo tidak hanya aktif di acara yang sifatnya seremonial.
Menjelang akhir periode harus aktif juga dalam pembangunan di daerah Karo. Emas pun jadi kayu
jika tidak dikelola dengan baik. Kayu dapat jadi emas jika dikelola dengan baik. Karenanya harus
serius dan fokus melakukan perbaikan dan pembenahan. Aparat keamanan harus aktif terlibat dalam
menjaga kenyamanan. Jangan setelah viral baru bergerak dan bertindak. Jika perlu tempatkan
personel di setiap destinasi. Sehingga pengawasan dapat dilakukan secara intensif serta
berkelanjutan.
ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)
Keseriusan pemerintah pusat dalam membenahi destinasi wisata di Indonesia agar dapat
berkelas dunia, dapat di contoh. Seperti Bali, destinasi wisata nomor 1 di Indonesia yang dikunjungi
oleh wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Apa yang dilakukan di bali dapat di amati
untuk di tiru dan di modifikasi sesuai kondisi dan situasi di Karo. Daerah Istimewa Yogyakarta juga
demikian. Penulis yang pernah ke bali dan yogyakarta, sangat mengapresiasi apa yang ada di kedua
provinsi tersebut. Mulai bandara terasa nyaman, stakeholder seperti taksi, penginapan, pelaku usaha
wisata, semuanya memberikan pelayanan terbaik. Tampilan-tampilan yang ada juga ditata dengan
sangat baik. Semuanya ramah-ramah, bersih, serta terawat.
Harapannya kedepan, tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo kembali seperti dulu,
bahkan meningkat. Sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkat. Kesejahteraan
masyarakat karo juga semakin baik. Tanah Karo yang selama ini dikenal dengan tanah surga,
dengan kondisi alam dan udara yang sejuk jangan sampai ditinggalkan. Ekosistem yang ada harus
dikembangkan, dijaga, dan dipertahankan dengan serius. Lihat daerah tetangga kita yang semakin
berkembang. Lihat daerah lain yang terus melakukan pembenahan dan perbaikan. Kita yakin Karo
juga bisa. Tentu saja jika ada keseriusan. Semoga!.
Ramen A Purba
Penulis Direktur Politeknik Unggul LP3M. Pemerhati masalah sosial, politik, pendidikan,
kebudayaan, dan pariwisata. Aktif di SORAK GEMA INTELEKTUAL